Jumat, 16 September 2016

Hanya Mengungkapkan Perasaan




Gue ini termasuk gampangan, gampang suka sama orang tapi, sekalinya gue suka sama satu orang, gue akan menyimpan perasaan itu hingga bertahun-tahun. Inget ya ini suka, bukan sayang ataupun cinta. Dalam satu waktu, gue mungkin bisa suka dengan dua orang atau lebih.  Sama si A, gue suka ininya, terus sama si B gue kepincut sama itunya. Labil banget gak sih gue? Lumayan miriplah dengan rasa suka sama para aktor drama korea. Melihat Jo In Sung yang penampilannya keren, langsung ngefans. Lihat Song Joong Ki yang imutnya kebangetan, langsung bilang suka. Kemudian saat melihat senyum mematikannya Lee Jin Wook, hati gue berdebar. ya, begitulah gampangannya gue tapi, meskipun mudahnya gue suka dengan orang lain tetap akan ada satu yang menonjol diantara mereka. Dia yang membuat gue suka sekaligus menggetarkan hati dan mampu membuat gue tertunduk malu jika melihatnya.


Bulan Oktober tahun 2009. Well, ini cerita zaman gue kuliah. Seperti pada umumnya mahasiswa baru yang mengikuti ospek sebelum mengikuti perkuliahan, dengan males gue pun mengikuti ospek. Buat gue ospek itu gak ada gunanya, cuma kenalan, main game yang membosankan. Sama sekali tidak membuat gue tertarik. Saat itu gue satu kelompok dengan enam orang, 3 lelaki, 3 cewek. Nama kelompoknya Wr. Supratman. Sekian hari gue menjalani ospek, ada satu lelaki kelompok gue, yang menarik perhatian. Duilah. Tinggi dan rambutnya berponi ala emo gitu deh. hahaha tingginya diatas rata-rata lelaki angkatan gue, jadi jelas menarik perhatian. Gue mulai suka sama dia sesaat setelah main game sedotan. Istilahnya, sedotan membawa rasa. Hahah.


Permainannya simple yaitu memindahkan karet gelang dengan menggunakan sedotan dan sedotannya diemut (?) oleh mulut. Kebetulan dia berdiri dibelakang gue, jadi gue harus memindahkan karet gelang ke sedotan dia. Saat memindahkan karet gelang itu muka dia deket banget sama gue. Kejadian itu berhasil membuat jantung gue berdebar kencang dan tersipu malu. Ah betapa mudahnya kamu untuk disukai, hanya karena sedotan. Sejak saat itu, perasaan gue berubah. Dia membuat gue salah tingkah dan gak berani melihat muka dia secara langsung. Hanya, pada akhirnya gue harus menelan kekecewaan karena gue beda jurusan sama dia. Setelah beres ospek, gue jarang banget ketemu dia. Paling saat tak sengaja berpapasan, itu juga gak say hai. Seperti orang yang tidak pernah saling kenal dan kalau melihat dari kejauhan,  ya gue cuma bisa anteng aja lihat dia dengan wajah datar walaupun dalam hati gue pengen banget nanya, hay apa kabar?


Seiring berjalannya waktu, perasaan yang baru tumbuh itu perlahan memudar dengan jarangnya gue ketemu sama dia. Oleh karena itu, bulan kedua di tahun 2010, gue menjalani hubungan dengan orang lain sebut saja si boy. Satu tahun berlalu, gue masih menjalani hubungan dengan boy walaupun harus terseok-seok karena seringnya putus nyambung. Hal itu pula yang mendorong gue membuat akun facebook palsu untuk menstalking si boy.


Namanya juga akun palsu, temannya sedikit karena yang gue add hanya orang-orang tertentu yang ingin gue kepoin tanpa mereka sadari. Salah satu orang yang gue kepoin itu dia. Sebenarnya, gue udah tahu dari dulu akun facebook dia, cuma gak berani add dia dengan akun facebook gue yang asli. Kalau mau tahu kabar dia ya paling searching nama dia terus kepoin deh. Lama-kelamaan gue lelah kalau harus terus mengetik nama dia ketika lagi stalking. Untuk itulah gue add dia karena jauh di lubuk hati gue, gue ingin kenal dia cuma gue gak tahu harus bagaimana.


Hingga satu hari di tahun 2011, gue mengirim emoticon senyum ke facebook dia dan dia membalas. Lanjut deh berbalas chat walaupun sedikit miris karena gue harus banyak bohong sama dia. Gue bilang kalau asli jakarta, kerja di carrefour dan sebagainya. Paling yang jujur itu, saat gue bilang ngekost di bandung dan nama akun facebook karena gue menggunakan nama gue waktu kecil, jadi gak salah-salah banget kan? Woahaha. Setelah chat bareng dia, gue ngerasa kalau dia asik diajak ngobrol, gak sombong, bisa diajak bercanda tapi, lumayan sering ngajak ketemuan. Tentu saja gue gak mau, jadi gue ngeles kanan kiri biar gak diajak ketemuan.  Hingga tahun 2012, gue masih chat sama dia dan pada akhirnya gak pernah saling sapa lagi. Gak tahu kenapa rasanya malas saja buat nyapa karena gue pikir hal ini gak ada gunanya. Gue udah capek bohong. Hanya untuk bisa mengenal dan ngobrol sama dia saja, gue harus banyak bohong. Miris.


Selama chat sama dia, kadang gue ngerasa lucu. Gue online di perpus dan dia bilangnya di kantin. Dia gak tahu kalau yang chat sama dia berada dalam satu kawasan dengan dia. Duh, kalau itu gue, mungkin gue akan ngerasa dibodohi. Ah maaf tapi, gue gak tahu harus bagaimana untuk mengenal dia. Untuk menatapnya saja gue gak sanggap apalagi untuk menyapa, bisa-bisa gue langsung terkena serangan jantung. Hahaha lagian gue gak percaya diri. Apalah atuh gue mah hanya seorang wanita yang mempunyai penampilan gak enak dilihat ditambah gue gak banyak ngomong. Apa yang bisa dibanggakan coba, jadi cukuplah memuja dia dari kejauhan.


Tentang perasaan ini, gue gak bilang sama siapapun. gak ada yang tahu. Bahkan untuk menutupi perasaan gue sama dia, gue bohong sama temen, siapa lelaki yang gue sukai. Tahun 2010, gue pernah dekat dengan seorang lelaki yang sekampus sama gue, namanya Yadi. Yadi dan dia satu jurusan. Satu hari Yadi pernah nanya sama gue, siapa lelaki yang gue sukai (-,-sebelum gue jadian sama si boy) . Tadinya gue mau ngomong jujur tapi, gak berani. Gue bilang aja lagi suka sama si A dengan alasan  ‘sesuatu’.  Gue yakin kalau Yadi bilang sama si A karena setelah itu gue ngerasa A jadi ngelihat gue dengan tatapan yang misterius. Entah gue yang kegeeran tapi, feeling gue ngerasa beda aja sih. Ada sesuatu. Apalagi si A sama pacarnya ngeadd facebook gue. Padahal jarang temen sekampus yang add gue apalagi kalau gak pernah nyapa. Kebayangkan bagaimana kalau dia sampai tahu, duh malunya gak nguatin.


Tahun 2010, gue pernah denger rumor kalau dia pacaran sama temen sekelas gue dan rumor itu nyatanya benar. Nyesek gue. Saat itu gue udah punya pacar tapi, tetep ya nyesek, ngedenger dia udah punya gandengan, teman sekelas pulak. Ya nyesek aja sih dan semakin minder. Gue gak pernah punya kesempatan buat mengenal dia lebih jauh dan rasa penasaran itu akan tetep ada.


4 tahun berlalu. September 2016.
Gue udah lulus dan gak pernah sekalipun ketemu dia lagi. Hubungan dengan si boy juga udah kandas di tahun 2012 dan gue juga gak pernah chat sama dia lagi. Selanjutnya gue berpetualang, kenalan sana sini tapi, gak berhasil. Ada yang menjalin hubungan. Ada juga yang gak sampai dimiliki. Bosan menjalani. Well, hidup akan terus berjalan dan cepat atau lambat, gue dan dia akan menjalani kehidupan yang baru. Sebelum terlambat, sebelum terikat dalam sebuah ikatan dan gue gak punya kesempatan untuk jujur. Di bulan ini, gue memberanikan diri untuk jujur. Ini pertama kalinya dalam hidup gue.


15 September 2016
Satu hari sebelumnya, gue menyapa dia lagi setelah 4 tahun gak pernah say hay di pesan facebook. Dia balas dan saat itulah gue bilang yang sebenarnya kalau gue udah tahu siapa dia, cuma gue gak punya keberanian untuk bilang. Dia penasaran banget. Nanya siapa, inisial, tempat tinggal tapi, gue gak berani bilang soalnya gue malu. Hanya, gue pikir ini kesempatan terakhir. Bisa saja satu bulan ke depan dia bakal menikah dan perasaan gue bakal terkubur selamanya. Gue gak mau hal itu terjadi. Gue akhirnya bilang ke dia kalau dulu gue pernah suka sama dia dan yang gue lakuin cuma melihat dia dari kejauhan. Gue gak tahu bagaimana cara untuk mengenal dia selain menyapa di akun facebook palsu. Apalagi gue ngerasa kalau gue gak pantes. Gue juga bilang kalau kita sekampus walau beda jurusan dan tentu saja gue ngasih tahu inisial nama gue. Entah dia inget sama gue atau gak tapi, yang jelas gue lega, ngemplong banget. Setelah itu, gue bilang kalau gue gak akan ngechat dia lagi. Gue malu kalau seandainya dia tahu kalau itu gue. Apalagi kalau suatu saat nanti ketemu, gue gak akan bisa menghadapi dia lagi.


Gue jujur tentang perasaan gue ke dia bukan untuk tahu bagaimana perasaan dia ke gue walaupun tetap ya penasaran tapi, gue yakin dia gak punya perasaan apapun ke gue. Gue juga gak berharap untuk memiliki dia. Itu keinginan yang terlalu muluk untuk wanita seperti gue. Gue cuma ingin dia tahu bahwa dulu dia pernah menjadi orang yang gue kagumi diam-diam.  Pernah menjadi orang yang membuat senyum-senyum sendiri dan tersipu malu. Sesederhana itu. Mengungkapkan perasaan belum tentu ingin memiliki bukan? Toh gue gak nanya, mau jadi pacar gue gak? Hahahaha


Lagunya Sheila On 7 kayanya cocok ya buat gue.

Sheila On 7-Pemuja Rahasia

Ku awali hariku dengan mendoakanmu agar kau selalu sehat dan bahagia disana
Sebelum kau melupakanku lebih jauh. Sebelum kau meninggalkanku lebih jauh
Ku tak pernah berharap kau kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini
Ku hanya ingin bila kau melihatku  kapanpun,  dimanapun hatimu kan berkata seperti ini
Pria inilah yang jatuh hati padamu. Pria inilah yang kan selalu memujamu
Begitu para rapper coba menghiburku

Akulah orang yang selalu menaruh bunga dan menuliskan cinta diatas meja kerjamu
Akulah orang yang kan selalu mengawasimu. Menikmati indahmu dari sisi gelapku
Dan Biarkan aku jadi pemujamu. Jangan pernah hiraukan perasaan hatiku
Tenang tenanglah pujaan hatiku sayang. Aku tak sampai hati untuk menyentuhmu

Mungkin ku takkan pernah tahu betapa mudahnya kau tuk dikagumi
Mungkin ku takkan pernah sadar betapa mudahnya kau tuk dicintai
Akulah orang yang akan selalu memujamu
Akulah orang yang akan selalu mengintaimu
Akulah orang yang akan selalu memujamu
Akulah orang yang akan selalu mengintaimu

Mungkin ku takkan pernah tahu betapa mudahnya kau tuk dikagumi
Mungkin ku takkan pernah sadar betapa mudahnya kau tuk dicintai
Karena hanya dengan perasaan rinduku yang dalam padamu kupertahankan hidup. Maka hanya dengan jejak-jejak hatimu, ada artiku telusuri hidup ini
Selamanya hanya kubisa memujamu. Selamanya hanya kubisa merindukanmu


 

Load disqus comments

0 comments